Bekerja dengan Sepenuh hati - Kisah Kami
Headlines News :
Home » » Bekerja dengan Sepenuh hati

Bekerja dengan Sepenuh hati

Written By sahrul alim on Senin, 04 Juni 2012 | 09.19


Dibalik hegemoni para pimpinan UNM, ada sosok yang sangat berperan didalamnya. Mereka adalah para “juru antar” yang rela mengabdi dengan tulus hati.

Angin sepoi-sepoi memainkan daun-daun yang jatuh di pekarangan depan rektorat UNM. Angin itu menambah kantuk bagi siapa saja yang berada di sekitarnya. Hal yang sama juga terjadi kepada para sopir para pejabat kampus Universitas Negeri Makassar (UNM). Mereka dengan  setia menunggu Sang Pejabat  turun dari gedung rektorat berlantai tiga itu. Tak jarang mereka menunggu dari pagi hingga sore malah kadang hingga malam. Biasa sampai malam jika pimpinan sedang lembur.

Bagi para sopir ini, menunggu bukan hal membosankan, Menunggu bagi  mereka menjadi hal biasa. Meraka menganggap sebagai resiko pekerjaan yang harus dijalani. Namun demikian, Iwan misalnya, salah seorang sopir yang mengabdi selama enam tahun ini, hingga kini belum menyandang status PNS meski menurut pengakuannya sudah masuk data base pegawai UNM. Pengabdian yang dilakukannya para sopir UNM ini demi menghidupi istri anak-anaknya. Mereka berharap, pimpinan universitas memberi peluang kepada mereka agar bisa menjadi pegawai tetap. Namun, demikian mereka tetap tekun bekerja walau dengan gaji pas-pasan.

Awal tahun 2012 nanti UNM akan mengadakan suksesi pemilihan Pimpinan universitas. Beberapa  diantara mereka merasa was-was. Pasalnya kedudukannya sebagai sopir pimpinan bisa saja terancam. Ini karena mereka belum terikat kontrak oleh kampus sebagai pegawai tetap. Bila pimpinan baru nanti tak lagi membutuhkan jasa mereka, mereka bisa terdepak dari kampus yang selama ini dijadikan tempat mengais rezki. Dan bila hal itu terjadi, mereka terpaksa angkat koper dan pulang kampung atau mencari peruntungan di tempat lain.“Terpaksa, kami pulang kampung kalau tidak dipanggil lagi di periode selanjutnya,” tutur Iwan pasrah.


Menginjak Tanah Abang

Wajah berseri dijumpai pada Bakri ketika ditemui Profesi. Bapak dari tiga orang anak ini sudah menjadi sopir UNM sejak tahun 2000. Menjadi sopir dirasakannya sangat menyenangkan dan pada akhirnya tahun 2005 ia terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). 

Menurut Bakri semenjak menjadi sopir banyak pengalaman yang sangat mengesankan. Pengalaman demi pengalaman memberinya pelajaran berarti dalam hidup yakni pentingnya menjaga kepercayaan. “Saya ke Jakarta karena jadi sopir,” ungkapnya.

Saat itu, Bakri dipercaya menjadi Sopir Prof. Parawansa, mantan Rektor UNM dan mendampingi hingga empat tahun di ibukota negara ini terhitung tahun 2003 hingga 2007. Prof.Parawansa saat itu menjabat sebagai anggota DPR RI dan mengajak Bakri menjajaki Jakarta. “Mungkin karena beliau percaya sama kinerja saya hingga mengajak saya kesana,”ucapnya. 

Perbedaan jarak tempuh di Makassar dengan Jakarta membuatnya harus lebih sabar mengemudikan kendaraan. Pasalnya macet menjadi langganan bagi pengguna jalan. Setelah berakhirnya masa jabatan Prof.Parawansa sebagai anggota DPR RI, Bakri kembali menetap di kota Daeng dan menjadi sopir Pembantu Rektor III Prof Hamsu A Gani hingga saat ini.

Menyekolahkan Anak hingga Sarjana

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, seperti itu juga kisah para sopir pejabat UNM. Haruna, yang saat ini berprofesi sebagai sopir Rektor UNM, Arismunandar. “Saya sudah jadi sopir sejak tahun 1989,” kata Haruna. Ia mengisahkan bahwa profesi sopir sudah digelutinya selama 22 tahun. Berbagai petualangan menjadi sopir sudah ia lumat habis.

Awal karirnya  ia menjadi sopir seorang bule yang bekerja pada perusahaan Pabrik Kertas Gowa. Haruna mengisahkan bagaimana disiplinnya orang bule, hingga ia dilarang merokok dalam waktu kerja. Sejak saat itu ia belajar menghargai profesinya dan menjunjung tinggi tentang kedisiplinan.
Karena ketekunannya dalam menjalankan profesinya ia dapat menyekolahkan tiga orang anaknya hingga mencapai gelar sarjana. “Alhamdulillah, dengan berprofesi sebagai sopir saya bisa menyekolahkan anak saya hingga sarjana,”tukasnya.

Jalin Keakraban dengan Majikan

Tak kenal maka tak sayang, mungkin karena pepatah ini hingga Wahyuddin sangat ingin menjalin keakraban dengan siapa saja  termasuk atasannya. Sopir pembantu Rektor II ini mengaku sangat respek dengan profesinya. Hal ini ia rasakan karena ia memiliki majikan yang sangat baik. Ia mengaku sering merasa canggung ketika diajak makan bersama oleh majikan.

Pria asal Bulukumba ini sangat menikmati pekerjaanya, walaupun pada awalnya rasa jenuh sering menghinggapinya.  Namun apa boleh buat tak ada pekerjaan yang lebih menjanjikan baginya selain menjadi sopir. “Lama-lama saya enjoy dengan pekerjaan sekarang,” ungkapnya. 
Sama halnya dengan Haruna, Wahyuddin pun sangat mengedepankan kedisiplinan dalam menjalani profesinya.

Belajar Disiplin 

Dia adalah Muh. Said sopir Pembantu Rektor bidang akademik, Sofyan Salam. Sejak kecil ia menjadi sopir angkot (pete-pete). Kerasnya kehidupan dijalanan ia rasakan sampai dewasa. Pungli bagi sopir angkot, jatah preman, hingga perkelahian dijalan pernah ia rasakan. Berbagai macam pengalaman menarik pernah ia rasakan. 

Semenjak tamat SPG (setingkat SMA) ia pun ingin merubah nasibnya dengan menjadi honorer di Sekolah Dasar di daerah Barombong. Menjadi Honorer di tahun 1980-an dirasakannya sanagt sulit, mulai dari nasibnya sebagai honorer pada saat itu kurang mendapat perhatian  serirus dari pemerintah. “Nampaknya jadi honorer pada saat itu gajinya sanagt sedikit, lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan”, kata bapak dua orang anak ini. Hingga akhirnya Ia kembali menjadi sopir angkot yang menurutnya lebih menjajikan daripada jadi honorer. Sebuah peluang menjadi sopir pada sebuah instansi ia peroleh. Beruntung ia mendapatkan majikan seorang pejabat tinggi UNM. 

Di samping berprofesi sebagai sopir  bagi sang pejabat, ia juga menjadi kepercayaan sang majikan. Hal itu ia dapatkan karena bekerja dengan pengabdian yang baik. Ketika itu, Sofyan Salam, menjabat direktur Pascasarjana. Sampai akhirnya Sofyan Salam jadi Pembantu Rektor I UNM dia masih dipercaya . Dengan prinsip kedisiplinan dan keuletannya ia berhasil mendapatkan kembali kepercayaan PR I. “Banyak pelajaran berarti yang saya dapatkan sejak menjadi sopir pimpinan,” katanya. Selama ia menjadi sopir PR I, ia banyak belajar tentang kedisiplinan yang tidak perolehnya pada saat menjadi sopir angkot. “Alhamdulilah, kebetulan pimpinan saya orangnya sangat disiplin dan tekun. Di sana saya banyak belajar tentang kedisiplinan dan ketekunan yang saya tidak dapatkan sewaktu jadi sopir pete-pete dulu,” kenangnya. 

Bangga Jadi Sopir Pejabat

Ultra Nirwan nama lengkapnya, ia lebih akrab dipanggil Iwan. Waktu masih remaja ia adalah sopir angkutan umum dangan rute Palopo (sebuah kota di Kab.Luwu Sulsel ±390KM dari Makassar) -Makassar. Penghasilan yang tak menentu dan kerja paruh waktu adalah kegiatan sehari-harinya. Tahun 2006, semua berubah, ketika ia menjadi sopir Pembantu Rektor Bidang Kerjasama, Nurdin Noni. Kehidupannya berubah 180 derajat, Dia yang sebelumnya harus menunggu penumpangnya diterminal, sekarang ia hanya menunggu satu orang saja turun dari ruang kerjanya. Pada awalnya ia merasa bosan jika harus menunggu dari pagi hingga sore. “Awalnya bosan juga kalau harus menunggu dari pagi hingga sore bahkan kadang-kadang hingga malam, tapi seiring berjalannya waktu lama-kelamaan banyak teman, akhirnya rasa bosan itu pun tak terasa lagi,” ungkap laki-laki kelahiran Palopo ini.

Menurutnya, menjadi seorang sopir pimpinan lebih menjanjikan. “Walaupun sebenarnya gajinya pas-pasan tapi kerjanya jadi lebih mudah dan bisa bayak waktu untuk kel;uarga,” katanya. Selama menjadi sopir pimpinan dirinya sama sekali tak pernah merasa canggung, sebaliknya ia merasa bangga dengan profesinya sekarang. Bergaul dengan orang-orang UNM membuatnya merasa betah. “Begitu banyak informasi atau pengetahuan baru yang saya dapatkan sejak jadi sopir di UNM,” katanya. (RUL)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Facebook | Sahrul Arul | Almamater
Copyright © 2011. Kisah Kami - All Rights Reserved
Template Created by Sahrul Arul Published by Almamater
Proudly powered by Blogger