Inilah Rumah Melayu - Kisah Kami
Headlines News :
Home » » Inilah Rumah Melayu

Inilah Rumah Melayu

Written By sahrul alim on Rabu, 06 Juni 2012 | 04.48


Oleh: Imron Gipong*

Istana Maimoon berdiri pada tanggal 26 Agustus 1888, Didirikan oleh seorang Sultan Deli ke 9 dengan nama Sultan Ma’moen Al Rasyid. Bangunan yang telah berdiri lebih dari 1 abad ini berdiri kokoh di tengah hiruk pikuk kota Medan.

Asap motor kendaraan beroda mengisi teriknya udara, hingga kerah baju menjadi basah akibat kondisi Kota yang mulai padat penduduknya. Ditambah gedung-gedung pencakar langit dengan gaya arsitektur semi modern hingga yang modern melengakapi hiruk pikuk kota Medan. Namun terlihat rumah adat yang besar dan panjang di seberang gedung bertingkat (perpustakaan daerah-red), dengan pagar panjang membentengi rumah besar itu. Terlihat dari trotoar rumah perpaduan warna hijaunya halaman dan kuning rumah ditengah lalu lalang kereta dan montor. Ketika mulai melangkah dengan pakaian hitam dan kaki yang juga nampaknya akan sama, tak sengaja membaca tulisan “Istana Maimoon” pada papan yang terletak di bagian atas pagar besi pintu masuk rumah.

Petugas dengan pakaian putih dan biru gelap mengawasi langkah saya menuju ke rumah besar dan panjang dengan mata yang curiga. Namun tetap kuteruskan langkah hingga tiba di depan rumah walau setengah lengan tangan terasa gosong, karena semakin penasaran kupandangi kedua tiang di depan rumah. Terdapat tulisan berbahasa Arab warna hitam di batu yang berbentuk prasasti dengan cat putih di tiang sebelah kiri, ketika kupandangi tiang sebaliknya yang berada di sebelah kanan terdapat tulisan latin “Istana Maimoon 26 Agustus 1888”.

Semakin penasaran ku tapaki anak tangga yang berjumlah puluhan satu demi satu dengan kaki beralaskan sandal, hingga kulepaskan sandal itu di anak tangga paling tinggi lalu kemudian masuk ke sebuah ruangan depan bersama pengunjung yang berjumlah puluhan. Di sebelah kanan pintu masuk ruang depan Istana terdapat meja dengan seorang perempuan, para pengunjung yang berjumlah puluhan bergerak menuju kesana. Ternyata di meja itu tempat pembayaran retribusi masuk Istana Maimoon yang dikelola oleh Yayasan Sultan Ma’moen Al Rasyid, “untuk tiket masuk Istana harganya 3 ribu”  ucap perempuan itu di kursinya.

Ketika ku coba memandangi keseluruhan ruang depan, terlihat foto wajah seseorang didinding kuning sebelah kiri ketika kudekati, terdapat tulisan Yang Mulia Tuanku Sulthan Maimoen Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, lahir Senin 13 Zulkaidah 1271 H (1853 M), diangkat menjadi Sulthan 4 Jumaidil Akhir 1291 H (1873 M), Mangkat pada hari selasa 9 September 1924 di bawah wajah foto tersebut. Semakin bingung saya ketika melihat foto tersebut, dan timbul pertanyaan apakah wajah di foto tersebut adalah orang yang mendirikan Istana ini hingga terpajang di ruang depan rumah besar dan panjang yang membuat penasaran saya.

Masuk ruang berikutnya terlihat seseorang berdagang buku dikelilingi oleh belasan pengunjung, kemudian coba kudekati kerumunan itu. Pedagang tersebut bernama Azri sekaligus sebagai pekerja di dalam Istana Maimoon, sesembari menawarkan buku-buku yang dijualnya Azri juga menceritakan sejarah panjang Istana yang kuanggap Rumah Besar ini sehingga di kelilingi oleh puluhan pengunjung yang datang. Azri mengatakan bahwa Istana ini didirikan tanggal 26 Agustus 1888 oleh seorang Sultan Deli ke 9 dengan nama Sultan Ma’moen Al Rasyid. “foto Sultan Ma’moen Al Rasyid bisa dilihat di ruang depan pintu masuk”, tambahnya sesembari menunjuk ke ruang sebelumnya yang saya masuki. Rasa penasaranku sedikit menghilang ketika mengerti siapa foto yang sebelumnya saya perhatikan adalah seorang pendiri Istana yang terletak di pusat kota Medan.

Kupandangi sekitar ruang yang penuh dengan ornamen dinding dan interior bangunan yang masih klasik di masa kini sembari mendengarkan Bang Azri bercerita, “Inilah Rumah Melayu” katanya dengan penekanan suara yang tinggi. Memang terlihat di Ruang Tengah penuh dengan seni baik dari Eropa dan Timur Tengah bercampur dengan kekhasan Rumah Melayu yang memaksimalkan kayu sebagai tiang Rumah. Terdapat pula Singgasana Sulthan di sebelah kanan dari arah pintu masuk ke ruang tersebut, serta 2 Kaca Besar dan beberapa tokoh-tokoh Istana yang terpajang di dinding ruang. “ornament Istana ini berasal dari Melayu, Timur Tengah, dan Eropa”, kata Azri di tempat duduk berjualannya. Bangunan ini juga masih memiliki nilai estetika dari Belanda, walaupun Ornamen-ornamen yang terlihat disini kebanyakan Melayu Baik Riau, Bengkulu, bahkan Malaysia lanjut Azri bercerita kepada pengunjung.

Kekhasan Istana juga terlihat dari dinding dan interior ruangan yang berwarna kuning. Seperti yang diungkapkan oleh Azri, “mungkin Melayu identik dengan warna kuning, sehingga interior ruangan disini juga kebanyakan berwarna kuning”  jelasnya.(*) 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Facebook | Sahrul Arul | Almamater
Copyright © 2011. Kisah Kami - All Rights Reserved
Template Created by Sahrul Arul Published by Almamater
Proudly powered by Blogger