INIKAH RASANYA KKN..??? - Kisah Kami
Headlines News :
Home » » INIKAH RASANYA KKN..???

INIKAH RASANYA KKN..???

Written By Fahrizal Syam on Rabu, 11 Juli 2012 | 23.35

Buat kalian para mahasiswa Universitas, pastinya sering merasa jenuh dengan aktifitas perkuliahan. Bosan duduk di dalam kelas yang begitu sesak dan panas. Mengantuk ketika  dosen sedang sibuk-sibuknya berceloteh memberikan mata kuliah, dan yang paling menjengkelkan ketika dosen terus menerus memberikan tugas kepada kita. Meskipun menurut mereka tugas itu sangat penting tetapi tetap saja itu hanya menjadi beban bagi beberapa mahasiswa. Termasuk aku tentunya.. heheh

Tapi pernahkan kalian merasakan masa-masa indah ketika sedang duduk di bangku perkuliahan. Jawabannya tentu relatif. Ada yang merasakan masa-masa indah ketika sedang berkumpul dengan teman-teman kuliah, ada yang menikmati ketika mereka berhasil memacari salah satu dari teman kuliahnya, ada yang baru menikmati ketika mereka memakai toga dan berhasil menyematkan sebuah gelar di belakang  nama mereka, dan untuk aku, kunikmati masa-masa indah kuliah ketika aku KKN (Kuliah Kerja Nyata) bukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. .
Yahh, aku sudah memasuki semester tujuh, artinya waktunya untuk KKN. Meskipun awalnya aku ragu untuk KKN karena melihat kesibukanku di sebuah lembaga kemahasiswaan tetapi pada akhirnya karena bujukan temanku, aku pun jadi berangkat.  Namun, di balik itu, jauh-jauh sebelumnya aku selalu memikirkan tentang KKN, memikirkan masa-masa indah ketika harus mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Aku selalu menanti datangnya momen itu.
Semua berawal ketika aku masih kecil dulu, ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu rumahku menjadi  posko KKN salah satu universitas swasta yang ada di kota Makassar. Selama dua bulan mereka menjadi “keluarga sesaatku”, dan begitu banyak kisah yang mereka tinggalkan baik itu untukku, keluargaku, maupun untuk masyarakat desaku. Pikirku, mereka itu orang-orang yang luar biasa, mampu menjadi pemimpin dikala masyarakat tak mampu lagi untuk berpikir kreatif dan mengalami krisis kepercayaan. Mereka benar-benar orang yang luar biasa sampai-sampai kami harus meneteskan air mata ketika harus berpisah dengan mereka.
Meskipun saat ini KKN di mata sebagian masyarakat tak lagi seperti yang dulu. Menurut mereka KKN hanyalah sebatas formalitas belaka untuk menyelesaikan studi. Mahasiswa KKN hanya dianggap menumpang dan merepotkan warga. Namun kubuang jauh-jauh ketakutan itu. Aku tetap yakin KKN yang sekarang masih sama seperti KKN yang dulu. Mahasiswa KKN adalah orang-orang yang masih siap menyumbangkan buah pikir mereka untuk kemajuan masyarakat.
Sejak saat KKN berposko di rumahku, bayangan KKN telah membekas dalam pikiranku hingga sekarang, belasan tahun kemudian.  Kini tibalah saatnya aku yang harus melaksanakan sebuah tugas yang menurut sebagian orang adalah tugas yang cukup mulia. Yahh.. Kini waktuku untuk mengabdi di tengah –tengah masyarakat. 
Selama dua bulan akan kuabdikan diriku di sebuah desa kecil. Sebuah desa yang masih butuh perhatian dari para pemikir yang ingin melihat sebuah kemajuan. Mungkin karena jodoh, akhirnya aku ditempatkan di sebuah desa kecil di sebuah pesisir pantai kabupaten Barru. Meskipun awalnya aku sempat terkatung-katung lantaran poskoku yang berpindah karena sebuah kebijakan yang menurutku sangat tidak rasional.
Awalnya begitu berat ketika baru tiba di lokasi. Tentu saja adaptasi dengan lingkungan dan warga sekitar menjadi tugas berat yang harus aku lalui. Namun tak butuh waktu lama bagiku untuk menuntaskan masalah itu, kesamaan kultur dan bahasa dengan daerah asalku sedikit banyak mampu menolongku dalam proses adaptasi. Maklum saja, daerah asalku merupakan tetangga dari kabupaten Barru, yahh kabupaten yang sering dijuluki kota kalong, Soppeng.
Poskoku sendiri tidak lebih baik dari rumahku di daerah kelahiranku sana. Sederhana dan tak banyak perabot-perabot mewah yang ada di dalamnya. Namun  satu yang pasti, ada sebuah keluarga kecil yang begitu hangat menerima kami. sekilas mereka keluarga yang sangat bahagia. Sepasang suami istri dengan  seorang anak lelaki kecil yang sangat imut dan begitu aktif. Lokasinya pun sangat strategis, berada tepat di hadapan sebuah dermaga yang belum rampung pembangunannya. Menurut warga sekitar tempat ini sangat ramai menjelang terbenam sang fajar. Dan benar saja, ketika matahari mulai condong ke barat, para remaja tampak memenuhi “dermaga cinta” ini. Mereka berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru, datang secara berkelompok untuk sekadar bersantai dan melihat sunset.
Puluhan warga sudah tampak berlalu-lalang di sekitaran poskoku. Kutarik nafas dalam-dalam, kuarahkan pandanganku jauh ke tengah laut sana sambil sesekali melirik kapal-kapal nelayan yang tampaknya akan memulai petualangan mereka di tangah laut, kurasakan semilir angin sore menerpa wajahku disertai suara-suara kapal nelayan yang menderu di tengah lautan. Dengan sebuah senyuman, kuyakinkan dalam hatiku, aku akan bahagia disini dan tak akan pernah ada penyesalan yang menghampiriku, aku yakin itu.  Akan kuhabiskan waktu singkat bersama warga untuk membangun sebuah semangat kecil yang terpisah-pisah. Akan kusatukan mereka hingga akhirnya mereka menangis terharu ketika aku harus meninggalkan desa ini. (part 1)
FAHRIZAL SYAM
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Facebook | Sahrul Arul | Almamater
Copyright © 2011. Kisah Kami - All Rights Reserved
Template Created by Sahrul Arul Published by Almamater
Proudly powered by Blogger